Funiculi Funicula adalah novel karangan Toshikazu Kawaguchi yang terkenal akan kehangatannya dan diminati oleh banyak pembaca. Novel satu ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan Inggris.
Perlu diketahui bahwa judul novel yang aslinya berbahasa Jepang ini disesuaikan menjadi Before the Coffee Gets Cold untuk terjemahan bahasa Inggris dan Funiculi Funicula untuk terjemahan bahasa Indonesia.
Apakah kamu penasaran dengan sinopsis dan review novel Funiculi Funicula? Kalau iya, kamu datang ke artikel yang tepat! Soalnya, melalui artikel yang dirangkum ke dalam dua poin berikut, Telkomsel akan menjelaskannya untuk kamu~
Fyi, pada tahun 2018 lalu, Ayuko Tsukahara menyutradarai film adaptasi novel ini. Oleh sebab itu, mungkin kamu tertarik untuk membicarakan novel dan filmnya dengan teman atau kerabat dekat melalui pesan singkat.
Nah, supaya kamu dapat bertukar pesan dengan praktis, jangan lupa berlangganan Paket OMG! Chat dari Telkomsel, ya! Fyi, kamu bisa membeli paketnya dari aplikasi MyTelkomsel.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, yuk, langsung simak artikel berikut ini!
Baca Juga: Review dan Ringkasan Buku Atomic Habits Karya James Clear
Sinopsis Novel Funiculi Funicula
Alkisah di sudut Kota Tokyo ada sebuah kafe tua yang menyajikan kopi dengan aroma dan rasa yang nikmat. Selain menyediakan kopi dan kudapan yang terkenal di kalangan pengunjung, ternyata ada hal lain yang membuat kafe ini terkenal.
Kafe bernama Funiculi Funicula ini menawarkan kesempatan kepada para pengunjungnya untuk melakukan perjalanan lintas waktu, baik ke masa depan maupun ke masa sekarang, untuk bertemu dengan orang yang mereka inginkan.
Akan tetapi, ada empat syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pengunjung yang ingin memanfaatkan layanan ini. Biasanya, begitu mendengar persyaratan yang sulit, kebanyakan pengunjung memutuskan untuk mengurungkan niatnya.
Syarat pertama adalah setiap pengunjung hanya bisa kembali ke masa lalu atau masa depan tanpa mengubah fakta yang sudah atau akan terjadi. Mereka hanya bisa bercengkrama dengan orang yang ingin mereka temui saja.
Syarat kedua adalah pengunjung hanya mampu menemui orang yang pernah mengunjungi kafe tersebut di waktu dan tanggal yang sesuai. Kalau tidak, mereka tidak akan pernah bisa bertemu dengan orang yang dimaksud.
Syarat ketiga adalah pengunjung tidak boleh berpindah dari kursi khusus yang sudah disediakan. Jadi, selama melakukan perjalanan lintas waktu, pengunjung hanya boleh duduk di kursi tersebut sambil menikmati secangkir kopi.
Syarat yang terakhir adalah setiap pelaku perjalanan lintas waktu wajib menenggak habis kopi yang disediakan sebelum kopinya mendingin. Kalau tidak, mereka akan berubah menjadi hantu dan tidak dapat kembali ke masa sekarang selama-lamanya.
Secara garis besar, Funiculi Funicula 1 terdiri atas empat bagian yang menceritakan kisah sepasang kekasih, suami istri, kakak beradik, dan orang tua anak. Setiap orang mempunyai alasan dan concern-nya masing-masing.
Kisah sepasang kekasih dimulai ketika kedua belah pihak bertemu untuk terakhir kalinya sebelum si laki-laki berangkat ke Amerika Serikat karena urusan pekerjaan. Saat itu, si perempuan benar-benar patah hati dan nyaris putus asa.
Akan tetapi, setelah mendengar legenda Kafe Funiculi dan Funicula dan bersedia mengikuti segala peraturan yang disampaikan, ia kembali ke masa lalu demi mengungkapkan isi hatinya, termasuk keinginannya untuk menikah dengan si lelaki.
Kisah suami istri digadang-gadang menjadi yang tersedih. Sang suami terkena alzheimer dan sang istri yang masih setia mencintainya pergi ke masa lalu untuk menemui suaminya di masa sebelum mengalami penyakit pikun.
Kisah si kakak-beradik juga tidak kalah sedih. Soalnya, si kakak yang dirundung rasa bersalah karena tidak mengindahkan ajakan sang adik untuk pulang ke rumah ingin meminta maaf kepada si bungsu yang meninggal karena kecelakaan mobil.
Kisah keempat alias penutup ada kaitannya dengan pemilik Kafe Funiculi Funicula bernama Nagare Tokita. Ia bertemu, jatuh cinta, dan menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Kei Tokita.
Singkat cerita, ketika baru enam minggu mengandung buah hati mereka, dokter kandungan menyarankan Kei untuk menggugurkan bayinya karena janin yang berkembang di dalam perutnya bisa menjadi ancaman bagi dirinya sendiri.
Hal inilah yang mendorongnya untuk melakukan perjalanan ke masa depan. Ia ingin melihat anaknya. Saat berhasil melakukan perjalanan ke masa yang akan datang, Kei langsung jatuh cinta pada si kecil dan memutuskan untuk melahirkannya.
Tentu saja hal tersebut berarti Kei harus ikhlas kehilangan nyawanya. Dengan berat hati, sebagai suami yang sangat mencintainya, Nagare pun menuruti kemauan sang istri dan membesarkan anak mereka sebagai seorang ayah tunggal.
Secara garis besar, novel ini dan Funiculi Funicula 2 tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Peraturan, latar tempat, dan tokoh utamanya masih sama. Hanya kisah pengunjungnya saja yang berbeda-beda.
Anyway, setelah mengetahui sinopsis Funiculi Funicula novel, intip review-nya juga, yuk!
Baca Juga: Sinopsis dan Review Buku Laut Bercerita
Review Novel Funiculi Funicula
Bisa dibilang, novel yang diciptakan oleh penulis berpredikat international bestseller ini sangat menarik untuk dibaca. Adanya premis yang unik, yaitu kafe yang bisa membantumu melakukan time travel, sudah menjadi daya tarik tersendiri.
Selain itu, Toshikazu Kawaguchi juga mampu merangkai kata-kata yang menghangatkan batin, menyentuh jiwa, dan tidak membosankan. Alur yang digunakan pun tidak membingungkan walau jenisnya maju-mundur.
Setiap karakter dan penokohan yang ditetapkan oleh penulis dirasa sudah sesuai dengan porsinya. Ada yang hobi melawak, cenderung gemar mengobservasi, penuh empati, heboh, penyayang, dan masih banyak lagi.
Dengan membaca novel ini, kamu turut diajak untuk berempati dengan orang lain dan menyadari bahwa terkadang, manusia tidak perlu melakukan perjalanan lintas waktu untuk mengubah masa lalu atau masa depan.
Mereka hanya perlu mengungkapkan perasaan yang masih tertahan; menyampaikan penyesalan, permintaan maaf, atau ungkapan cinta yang belum sempat tersampaikan; atau memberikan pelukan terakhir.
Kendati demikian, terlepas dari betapa bagus dan inspiratifnya Funiculi Funicula, buat kamu yang tidak gemar alur lambat dan kurang meriah, novel terbitan tahun 2015 ini mungkin akan membuatmu mengantuk.
Baca Juga: Sinopsis dan Review Filosofi Teras Karya Henry Manampiring
Itu dia sinopsis dan review buku Funiculi Funicula karya Toshikazu Kawaguchi. Semoga bermanfaat buat kamu yang masih menimbang-nimbang untuk membaca buku ini atau tidak, ya!
Anyway, selain menggunakan e-wallet, kamu bisa melakukan pembayaran buku menggunakan LinkAja, lho! Caranya pun gampang banget karena kamu tinggal unduh aplikasinya dan lakukan pembayaran via tap NFC atau scan QR. Yuk, coba!