Tradisi Baritan: Syukur dan Gotong Royong di Kulon Progo

Tradisi Baritan Syukur dan Gotong Royong di Kulon Progo

Tradisi baritan adalah salah satu kebudayaan yang kaya akan nilai sosial dan spiritual, terutama di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tradisi ini dilaksanakan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas berbagai berkah yang diterima.

 

Selain itu, tradisi baritan juga berfungsi untuk mempererat hubungan sosial antar warga dalam suatu komunitas, dengan melibatkan kebersamaan dan gotong royong dalam setiap tahapannya.

 

 

Rangkaian kegiatan dalam tradisi baritan biasanya dimulai dengan pembacaan doa bersama, yang dipimpin oleh tokoh agama atau pemimpin adat. 

 

Kemudian, dilanjutkan dengan arak-arakan atau pawai yang membawa tumpeng sebagai simbol rasa syukur. Tumpeng ini dibagikan kepada warga sekitar sebagai bentuk berbagi berkah. 

 

Meskipun tradisi baritan sudah ada sejak lama, ia tetap relevan hingga saat ini sebagai media untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya rasa syukur dan kebersamaan.

 

Sebagai informasi tambahan, kalau kamu ingin melihat terlebih dahulu bagaimana tradisi baritan dilakukan, kamu bisa melihatnya di YouTube dengan mudah menggunakan Paket OMG! Nonton dari Telkomsel, ya.

 

Sekarang kita bahas sedikit mengenai tradisi baritan, yuk!

 

Baca Juga: 7 Lokasi Wisata Malam Jogja yang Punya Pemandangan Cantik

 

 

Asal-usul Tradisi Baritan

 

Tradisi baritan adalah sebuah tradisi budaya yang berasal dari masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kata "baritan" sendiri berasal dari kata "barat," yang dalam bahasa Jawa berarti berkeliling atau berkelana. 

 

Dalam konteks tradisi ini, baritan berarti perjalanan spiritual yang diawali dengan doa bersama dan dilanjutkan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat setempat. 

 

Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, seperti perayaan panen, kelahiran, pernikahan, atau acara selamatan, sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

 

Meskipun baritan memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam, tradisi ini juga menyatukan unsur-unsur adat Jawa yang sudah ada sejak zaman dulu, menjadikannya sebuah tradisi yang sangat khas dan unik di kalangan masyarakat Jawa.

 

Rangkaian acara dalam tradisi baritan dimulai dengan pembacaan doa atau dzikir bersama, yang biasanya dipimpin oleh tokoh agama atau pemimpin adat. Tujuan dari doa bersama ini adalah untuk memohon keselamatan, keberkahan, dan perlindungan.

 

Setelah itu, prosesi berlanjut dengan arak-arakan atau pawai, di mana berbagai simbol dan atribut, seperti tumpeng, dibawa berkeliling untuk dibagikan kepada warga sebagai bentuk berbagi berkah. 

 

Tumpeng sendiri adalah nasi yang dibentuk kerucut dan dihiasi dengan lauk-pauk, yang melambangkan rasa syukur atas hasil bumi. Musik tradisional seperti gamelan juga sering mengiringi perjalanan ini untuk menambah suasana khidmat dan meriah. 

 

Selain itu, dalam beberapa acara baritan, juga terdapat pertunjukan seni tradisional seperti tari-tarian atau musik tradisional lainnya yang menjadi bagian dari kebudayaan yang dilestarikan.

 

Tradisi-tradisi lama terkadang terancam punah oleh modernisasi, tradisi baritan masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Baritan lebih dari sekadar ritual keagamaan, ia juga menjadi simbol kebersamaan, gotong royong, dan saling berbagi dalam komunitas. 

 

Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana agar generasi muda tetap menghargai dan melestarikan tradisi ini, mengingat mereka lebih banyak terpapar dengan budaya modern. 

 

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan generasi penerus untuk terus menjaga dan meneruskan tradisi baritan, sehingga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya agar bisa berguna bagi kehidupan sosial di masa depan.

 

Baca Juga: 10 Tempat Wisata di Jogja, Cocok untuk Keluarga!

 

Rangkaian Acara Baritan

 

Pelaksanaan Baritan melibatkan berbagai kegiatan yang menunjukkan semangat gotong royong dan kebersamaan antar warga. 

 

Biasanya, warga desa akan mengadakan acara makan bersama yang disebut "kembul bujono," di mana makanan yang dibawa oleh warga akan dimakan bersama sebagai simbol kebersamaan. 

 

Di samping itu, ada juga acara "pesta pathok," yakni festival sapi, yang melibatkan pertunjukan seni dan permainan tradisional.

 

Acara puncak Baritan adalah doa bersama yang dilakukan di tempat yang telah dipilih, seperti di pinggir sungai atau tanah lapang. 

 

Pada acara ini, makanan yang telah dipersiapkan sebelumnya, seperti ketupat, tempe, dan hasil bumi lainnya, akan diberkati. Makanan tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol berbagi rezeki dan berkah.

 

 

Makna Sosial dan Spiritual

 

Baritan lebih dari sekadar tradisi syukur atas hasil panen. Tradisi ini juga menggambarkan nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan saling berbagi. 

 

Masyarakat yang berpartisipasi dalam Baritan merasa terhubung satu sama lain melalui upacara ini, yang mengingatkan mereka untuk tetap menjaga keharmonisan dan saling membantu dalam kehidupan sehari-hari. 

 

Ini juga merupakan waktu bagi warga untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan atas segala berkat yang diberikan sepanjang tahun.

 

Secara spiritual, Baritan mengajarkan masyarakat untuk menjaga hubungan yang baik dengan alam dan sesama. 

 

Tradisi ini berfungsi sebagai pengingat bahwa hidup manusia tidak terlepas dari alam dan bahwa kesuksesan dalam pertanian adalah hasil dari kerjasama antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual yang lebih tinggi.

 

 

Tradisi yang Terus Dilestarikan

 

Tradisi Baritan tetap hidup dalam masyarakat Kulon Progo, baik di tingkat desa maupun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Tradisi ini dianggap sebagai bagian dari identitas budaya yang membentuk cara hidup masyarakat setempat. 

 

Meskipun modernisasi terus berlangsung, masyarakat Kulon Progo tetap mempertahankan Baritan sebagai wujud penghormatan terhadap leluhur dan alam.

 

Itulah sedikit informasi mengenai tradisi baritan. Kalau kamu ingin jalan-jalan ke Jogja, jangan lupa selalu sedia internet kamu dengan Paket Internet Sakti yang bisa kamu aktifkan lewat aplikasi MyTelkomsel, ya.

 

Baca Juga: 15 Tempat Makan Keluarga di Jogja dengan View Cantik

 

 
scroll
Komentar 0
Tulis Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Belum ada komentar
Jadilah orang pertama yang komentar disini!
mock
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
DewiLarasati
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Balasan Lainnya (1)
Sembunyikan Balasan

Laporan Anda berhasil dikirim