Jika film India selalu dikenal dari jogetannya, film Jepang dari aksi serunya, film Korea Selatan pasti dikenal dari sisi dramatisnya. Gak salah, karena salah satu film tersedih sepanjang masa adalah Miracle in Cell No. 7, film garapan sineas Korea Selatan.
Film ini bukan cuma ngejual tentang sedih-sedihan aja, tapi ada banyak pesan moral menarik yang tertuang di dalam film ini. Apalagi tema keluarga yang diangkat terasa dekat dengan para audiens, sehingga mengundang air mata lebih deras.
Kalo buat kamu yang belum tahu, apa sih cerita dari Miracle in Cell No. 7? Sedrama apa sih? Lalu, apakah ada adaptasi Indonesianya? Nah, semua itu akan terjawab oleh beberapa poin di bawah ini:
Baca juga: 30 Drama Korea yang Wajib Kamu Tonton Sekali Seumur Hidup
Hubungan ayah dan anak yang menjadi fokus utama film ini memang mengharukan. Makanya, jika orang tua masih sehat, jangan lupa untuk rutin hubungi mereka dengan mengisi terus pulsa Telkomsel lewat aplikasi MyTelkomsel.
Jalin hubungan baik dengan orang tuamu, jangan sampai senasib dengan karakter di film ini. Kenapa memangnya? Yuk kita bahas!
Sinopsis Miracle in Cell No. 7
Film ini bertema drama keluarga yang mengisahkan tentang seorang pria dengan keterbelakangan mental bernama Lee Yong-gu, yang dihukum atas tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan seorang anak perempuan.
Parahnya, hal sebenarnya yang terjadi adalah Lee Yong-gu gak pernah melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya. Meski memiliki hati yang baik, Yong-gu dijebloskan ke penjara dan dipisahkan dari putri kecilnya, Ye-sung.
Di penjara, Yong-gu diperlakukan dengan keras oleh para narapidana dan penjaga penjara. Namun, dia membangun hubungan yang kuat dengan teman-teman sepenjaranya, yang akhirnya mengetahui bahwa dia tidak bersalah.
Bersama-sama, para koleganya ini berusaha untuk membuktikan bahwa Yong-gu adalah korban kesalahan hukum, sehingga bisa bebas dari berbagai tuntutan. Soalnya, Yong-gu terancam hukuman mati.
Di sisi lain, Ye-sung berjuang untuk menemukan cara agar dapat bertemu kembali dengan ayahnya dan membuktikan kebenaran. Dengan penuh harapan dan tekad, mereka berdua melawan sistem dan mempertemukan kembali ikatan ayah dan anak.
Film ini menggugah emosi dengan cerita tentang cinta, pengorbanan, dan keadilan, serta memperlihatkan bagaimana kebaikan hati bisa tumbuh di tempat yang penuh dengan penderitaan.
Alasan Miracle in Cell No. 7 Dianggap Film Tersedih
Tema ayah dan anak adalah sebuah formula drama keluarga yang selalu menarik. Berbeda dengan ibu, hubungan anak dan ayahnya sering kali berlangsung dengan dinamika yang gak biasa.
Film ini menggambarkan perjalanan emosional seorang ayah dan anak yang terpisah akibat vonis yang salah, dengan tema ketidakadilan, pengorbanan, dan cinta yang mendalam.
Momen-momen yang mengharukan dalam perjuangan mereka untuk bersatu, serta pengorbanan yang dilakukan oleh tokoh lain, membuat film ini menjadi sebuah kisah yang sulit dilupakan dan penuh air mata.
Bahkan, dalam perilisan versi Turki di tahun 2020, TikTok di sana banyak dipenuhi oleh konten-konten sedih dari pada audiens setelah menonton filmnya. Hal ini semakin menguatkan anggapan bahwa film ini termasuk salah satu film tersedih.
Performa apik Ryu Seung-ryong sebagai Lee Yong-gu dan Kal So-won sebagai sang anak, Lee Yu-sung juga membuat film ini menjadi pemancing air mata yang paling maut. Keduanya bisa bikin baper beneran, mata yang awalnya kering bisa jadi banjir.
Keberhasilan Miracle in Cell No. 7 dalam segi komersial sekaligus disanjung oleh kritik membuat film ini juga populer di berbagai negara, termasuk Indonesia, Popularitasnya ini membuat Indonesia akhirnya me-remake film ini dengan kearifan lokal.
Baca juga: 6 Rekomendasi Variety Show Korea Terbaru di VIU Premium
Adaptasi Indonesia dari Film Miracle in Cell No. 7
Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia merupakan adaptasi dari film Korea Selatan yang sangat populer dengan judul yang sama. Film ini dirilis pada tahun 2022 dan dibintangi oleh Vino G. Bastian sebagai Lee Yong-gu yang dalam film ini bernama Dodo Rozak.
Dodo harus berjuang demi mendapatkan kembali haknya setelah dijebloskan ke penjara karena tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan yang gak dilakukannya. Film ini juga dibintangi oleh Graciella Abigail sebagai putri kecilnya, Ye-sung atau Ika Kartika.
Sama seperti versi Korea Selatannya, di sini Ika yang merupakan putri Dodo juga berjuang demi kebebasan sang ayah. Versi Indonesia ini tetap mempertahankan esensi dari cerita aslinya, dengan menonjolkan tema cinta antara ayah dan anak.
Meskipun latar cerita dipindahkan ke Indonesia, elemen emosional dan nilai-nilai yang ada dalam film tetap terasa kuat, terutama dalam menggambarkan ikatan antara Yong-gu dan Ye-sung, serta persahabatan yang tumbuh di dalam penjara.
Adaptasi ini juga menyesuaikan konteks budaya Indonesia, memberikan sentuhan lokal dalam beberapa aspek cerita dan dialog. Karena kesuksesannya, Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia akan merilis sekuelnya.
Salah satu fakta menarik lainnya adalah versi Korea Selatan gak punya sekuel, sementara versi Indonesia justru punya kisah lanjutan. Ini menjadi keputusan yang cukup berani, mengingat versi aslinya hanya fokus pada satu alur cerita.
Baca juga: 15 Film Komedi Korea, Dijamin Bikin Ketawa!
Gak cuma penuh dengan unsur kesedihan aja, Miracle in Cell No. 7 punya pesan yang kuat supaya kita lebih memperhatikan hubungan dengan orang tua, apapun kondisinya.
Jangan berhenti untuk menanyakan kabar orang tua, apalagi jika kamu hidup berjauhan dengan mereka. Selagi mereka masih ada di dunia, jangan sampai telat untuk memberi kabar dengan mengisi pulsa Telkomsel lewat aplikasi MyTelkomsel.