Baca 10 Puisi tentang Pahlawan Ini di Hari Pahlawan | Telkomsel

Baca 10 Puisi tentang Pahlawan Ini di Hari Pahlawan

Article

Puisi tentang pahlawan menggambarkan perjuangan para pahlawan dalam rangka memerdekakan Indonesia.

 

Banyak tokoh-tokoh yang membuat puisi-puisi Hari Pahlawan yang bisa kamu baca sekarang ini.

 

Berikut ini 10 (sepuluh) judul puisi tentang pahlawan yang bisa kamu baca di sini:

 

  1. Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang

  2. Museum Perjuangan

  3. Diponegoro

  4. Panglima Besar Jenderal Sudirman

  5. Maju Tak Gentar

  6. Atas Kemerdekaan

  7. Dongeng Pahlawan

  8. Prajurit Jaga Malam

  9. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini

  10. Pahlawan Tak Dikenal 

 

Untuk mempelajari sejarah lebih dalam dari berbagai sumber di internet, kamu butuh akses ke internet yang lancar.

 

Kamu bisa pilih paket Internet Sakti dari Telkomsel untuk menemanimu, nih!

 

Nah, sebelum masuk ke puisi tentang pahlawan, kapan ya bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan? Cek di bawah!

 

Baca Juga: 7 Tokoh Monumen Pahlawan Revolusi yang Gugur pada G30S PKI 

 

Kapan Hari Pahlawan Diperingati?

Hari Pahlawan Nasional diperingati setiap tanggal 10 November untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

 

Peringatan ini berawal dari peristiwa Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945 ketika para pejuang Indonesia melawan pasukan Inggris dengan gagah berani. 

 

Meskipun kalah jumlah dan persenjataan, para pejuang Surabaya berhasil mengusir pasukan Inggris dari kota Surabaya. 

 

Pertempuran ini menjadi latar belakang penetapan Hari Pahlawan Nasional.

 

Selanjutnya, baca 10 (sepuluh) puisi tentang pahlawan di bawah ini, yuk!

 

10 Puisi Hari Pahlawan

Berikut ini puisi-puisi tentang pahlawan:

 

  1. Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang

    Oleh W.S. Rendra

     

    Tuhanku,

    WajahMu membayang di kota terbakar

    dan firmanMu terguris di atas ribuan

    kuburan yang dangkal

     

    Anak menangis kehilangan bapa

    Tanah sepi kehilangan lelakinya

    Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini

    tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

     

    Apabila malam turun nanti

    sempurnalah sudah warna dosa

    dan mesiu kembali lagi bicara

    Waktu itu, Tuhanku,

    perkenankan aku membunuh

    perkenankan aku menusukkan sangkurku

     

    Malam dan wajahku

    adalah satu warna

    Dosa dan nafasku

    adalah satu udara.

    Tak ada lagi pilihan

    kecuali menyadari

    -biarpun bersama penyesalan-

     

    Apa yang bisa diucapkan

    oleh bibirku yang terjajah?

    Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai

    mendekap bumi yang mengkhianatiMu

     

    Tuhanku

    Erat-erat kugenggam senapanku

    Perkenankan aku membunuh

    Perkenankan aku menusukkan sangkurku

     

  2. Museum Perjuangan

    Oleh: Kuntowijoyo

     

    Susunan batu yang bulat bentuknya 

    berdiri kukuh menjaga senapan tua 

    peluru menggeletak di atas meja 

    menanti putusan pengunjungnya.

     

    Aku tahu sudah, di dalamnya 

    tersimpan darah dan air mata kekasih 

    Aku tahu sudah, di bawahnya 

    terkubur kenangan dan impian

     

    Aku tahu sudah, suatu kali 

    ibu-ibu direnggut cintanya 

    dan tak pernah kembali

     

    Bukalah tutupnya 

    senapan akan kembali berbunyi 

    meneriakkan semboyan 

    Merdeka atau Mati.

     

    Ingatlah, sesudah sebuah perang 

    selalu pertempuran yang baru 

    melawan dirimu.

     

  3. Diponegoro

    Oleh: Chairil Anwar

     

    Di masa pembangunan ini

    Tuan hidup kembali

    Dan bara kagum menjadi api

    Di depan sekali tuan menanti

    Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

    Pedang di kanan, keris di kiri

    Berselempang semangat yang tak bisa mati

    Maju

     

    Ini barisan tak bergenderang-berpalu

    Kepercayaan tanda menyerbu

    Sekali berarti

    Sudah itu mati

    Maju

     

    Bagimu negeri

    Menyediakan api

    Punah di atas menghamba

    Binasa di atas ditindas

    Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

    Jika hidup harus merasai

    Maju.

    Serbu.

    Serang.

    Terjang.

     

  4. Panglima Besar Jenderal Sudirman

    Oleh: Sides Sudyarto DS

     

    Panglima Besar Sudirman

    Ketika kau angkat senjata semua pemuda Indonesia siaga

    Ikut bersamamu menyandang senapan

    Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945

     

    Jendral yang perwira

    Ketika kau mengembara bergerilya

    Segenap putra-putri Indonesia terpanggil

    Untuk mengantarmu maju ke medan laga

    Mengobarkan api perjuangan, merebut kemerdekaan

     

    Sudirman pahlawan agung

    Dengan paru-paru sebelah kau atur komando

    Perjuangan nasional semesta Nusantara

    Dari atas tandu tergolek badanmu

    Mengatur siasat ke segala penjuru

    Demi kebebasan tanah air nan satu

     

    Panglima Revolusi nan utama

    Seluruh Rakyat Indonesia bernaung

    Di bawah bayanganmu setia sepenuh hati dan jiwa

    Meneruskan tekad juangmu

    Mengawal Revolusi Pancasila

    Hingga akhir dunia

     

  5. Maju Tak Gentar

    Oleh: Mustofa Bisri (Gus Mus)

     

    Maju tak gentar

    Membela yang mungkar.

    Maju tak gentar

    Hak orang diserang.

     

    Maju tak gentar

    Pasti kita menang!

     

  6. Atas Kemerdekaan

    Oleh: Sapardi Djoko Damono

     

    kita berkata: jadilah 

    dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut 

    di atasnya: langit dan badai tak henti-henti

    di tepinya cakrawala

     

    terjerat juga akhirnya 

    kita, kemudian adalah sibuk 

    mengusut rahasia angka-angka 

    sebelum Hari yang ketujuh tiba

     

    sebelum kita ciptakan pula Firdaus 

    dari segenap mimpi kita 

    sementara seekor ular melilit pohon itu: 

    inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah

     

Baca Juga: Cari Tahu Pencipta Lagu Kemerdekaan Hari Merdeka & Liriknya 

 

  1. Dongeng Pahlawan

    Oleh: W.S. Rendra

     

    Pahlawan telah berperang dengan panji-panji 

    berkuda terbang dan menangkan putri. 

    Pahlawan kita adalah lembu jantan 

    melindungi padang dan kaum perempuan.

     

    Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra. 

    Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula. 

    Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi 

    karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati.

     

  2. Prajurit Jaga Malam

    Oleh: Chairil Anwar

     

    Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?

    Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,

    bermata tajam

    Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya

     

    Kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

    Aku suka pada mereka yang berani hidup

    Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

     

    Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu…

    Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

     

  3. Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini

    Oleh: Taufiq Ismail

     

    Tidak ada pilihan lain 

    Kita harus 

    Berjalan terus 

    Karena berhenti atau mundur 

    Berarti hancur 

    Apakah akan kita jual keyakinan kita 

    Dalam pengabdian tanpa harga 

    Akan maukah kita duduk satu meja 

    Dengan para pembunuh tahun yang lalu 

    Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku ?”

     

    Tidak ada lagi pilihan lain 

    Kita harus 

    Berjalan terus 

    Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan 

    Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh 

    Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara 

    Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama 

    Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka 

    Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan 

    Dan seribu pengeras suara yang hampa suara 

    Tidak ada lagi pilihan lain 

    Kita harus 

    Berjalan terus

     

  4. Pahlawan Tak Dikenal 

    Oleh: Toto Sudarto Bachtiar

     

    Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring 

    Tetapi bukan tidur, sayang 

    Sebuah lubang peluru bundar di dadanya 

    Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

     

    Dia tidak ingat bilamana dia datang 

    Kedua lengannya memeluk senapan 

    Dia tidak tahu untuk siapa dia datang 

    Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

     

    Wajah sunyi setengah tengadah 

    Menangkap sepi padang senja

     

Demikianlah 10 puisi tentang pahlawan. 

 

Yuk, gunakan paket Internet Sakti atau Combo Sakti Telkomsel untuk menemani kegiatan belajar dan bekerja sehari-hari! Belinya bisa di aplikasi MyTelkomsel, ya!

 

Baca Juga: Mengenal Sejarah, Isi Sumpah Pemuda & Maknanya 

 
scroll
Komentar 0
Tulis Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Belum ada komentar
Jadilah orang pertama yang komentar disini!
mock
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
DewiLarasati
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Balasan Lainnya (1)
Sembunyikan Balasan

Laporan Anda berhasil dikirim