Sinopsis dan Review Buku Laut Bercerita | Telkomsel

Sinopsis dan Review Buku Laut Bercerita

buku Laut Bercerita

Sejak tahun 2020 lalu, buku Laut Bercerita karya Leila S. Chudori sudah berhasil menarik perhatian publik. Novel bergenre fiksi sejarah itu menceritakan kekejaman pemerintah terhadap rakyat Indonesia pada masa Orde Baru.

 

Setelah diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 2017, sampai waktu artikel ini ditulis, buku dengan sampul bernuansa biru itu sudah dicetak sebanyak 71 kali. Hal tersebut tentunya menandakan minat masyarakat yang tinggi terhadap buku ini.

 

Penasaran dengan isi dan pesan yang dibawa oleh Leila S. Chudori melalui mahakaryanya? Kamu datang ke artikel yang tepat! Soalnya, melalui artikel yang dirangkum dalam poin berikut, Telkomsel akan mengupas informasinya untuk kamu~

 

  1. Sinopsis Buku Laut Bercerita

  2. Review Buku Laut Bercerita

  3. Fakta Menarik tentang Buku Laut Bercerita

 

Sebagai informasi tambahan, dalam jangka waktu tertentu, pihak Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) kadang mengadakan nonton bersama film pendek Laut Bercerita yang diperankan oleh Reza Rahadian, Dian Sastrowardoyo, dan lain-lain.

 

Biasanya, acara tersebut diselenggarakan secara daring melalui sambungan Zoom. Kalau kamu tertarik untuk menyaksikan kisah Mas Laut dalam rupa sinema, jangan lupa mendaftar dan aktifkan Paket InternetMAX dari Telkomsel, ya!

 

Soalnya, dengan harga yang relatif terjangkau, yakni Rp25.000, kamu sudah bisa mendapatkan kuota internet sebesar 0,5 GB dan kuota internet lokal sebesar 2,5 GB dengan masa aktif selama tiga puluh hari.

 

Alright, tanpa berlama-lama lagi, yuk, langsung simak artikel ini!

 

Baca Juga: Rekomendasi Film Netflix yang Diadaptasi dari Buku

 

Sinopsis Buku Laut Bercerita

Sesuai judulnya, buku ini berpusat pada perjalanan Biru Laut Wibisana, seorang mahasiswa Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada, yang dibuang ke laut karena memperjuangkan kebebasan Indonesia dari pemimpin diktator. 

 

Jauh sebelum peristiwa pembuangan terjadi, Laut adalah mahasiswa biasa yang mempunyai ketertarikan tinggi terhadap buku-buku klasik dan beberapa buku haluan “kiri” yang pada masa Orde Baru sangat dicekal dan dilarang peredarannya.

 

Berkat rasa penasaran yang tinggi dan semangat yang membara sebagai mahasiswa, Laut tetap nekat membaca buku-buku tersebut dan pada akhirnya bergabung dengan suatu organisasi mahasiswa yang dinamakan Winatra.

 

Organisasi itu rajin melakukan diskusi tentang banyak hal, mulai dari pertemanan, makna buku, arti hidup, sampai rangkaian aksi nyata yang bisa dilakukan oleh para mahasiswa untuk memperbaiki kondisi Indonesia yang sudah carut-marut.

 

Singkat cerita, Laut dan beberapa temannya turun dalam beberapa aksi pembelaan warga. Meskipun hal tersebut sangat membahayakan nyawa, mereka tidak peduli dan terus melakukan perlawanan secara strategis, masif, serta terencana.

 

Tanpa diduga, ternyata, di dalam tubuh Winatra, ada pengkhianat yang tega melaporkan segala seluk-beluk kepada pihak berwajib. Pada masa Orde Baru, segala bentuk perlawanan terhadap pemerintah dianggap sebagai pemberontakan.

 

Dengan anggapan tersebut, pemerintah merasa berhak menghilangkan siapa pun yang mengancam kedaulatan Indonesia. Laut dan teman-temannya harus berkelana dari satu kota ke kota lain demi melarikan diri dari kejaran intel yang mengancam.

 

Singkat cerita, Laut dan beberapa kawannya tertangkap. Mereka disiksa dengan berbagai cara yang tidak manusiawi. Tanpa pertimbangan yang jelas, setelah melalui hari-hari penuh kegelapan, para korban akhirnya kembali melihat terang.

 

Sayangnya, hal yang sangat tragis justru mengakhiri perjalanan hidup Laut. Sebab, di saat sebagian temannya benar-benar melihat terang karena dilepaskan oleh para penculik, ia justru ditembak dan ditenggelamkan ke laut dengan cara yang kejam.

 

Setelah Laut menghilang dan kabarnya tidak diketahui sama sekali, keluarga kecil dan kekasihnya mengalami guncangan hebat. Mereka kesulitan menerima kematian si sulung dan terus meyakini bahwa Laut sejatinya masih ada di muka bumi.

 

Pada akhirnya, novel ditutup dengan berbagai upaya dan pesan yang disampaikan oleh beberapa tokoh perihal sejarah kelam Indonesia. Catatan hitam itu harus senantiasa digaungkan supaya orang jahat tidak lagi berkuasa atas bangsa ini.  

 

Setelah menyimak sinopsisnya, yuk, intip review Laut Bercerita melalui penjabaran berikut!

 

Baca Juga: 25 Rekomendasi Film Indonesia di Platform Streaming

Review Buku Laut Bercerita

Perlu diketahui bahwa buku Laut Bercerita terinspirasi dari kisah nyata dan mengacu pada sejarah kelam Indonesia yang terjadi pada masa Orde Baru. Untuk dapat menulis buku ini, Leila sampai melakukan riset mendalam selama bertahun-tahun. 

 

Oleh sebab itu, bukunya sama sekali tidak mengecewakan. Laila berhasil mengemas fakta masa lalu yang memilukan menjadi suatu karya sastra yang sangat menyentuh hati dan membuka pikiran banyak orang.

 

Secara garis besar, buku Laut Bercerita berhasil mendapatkan penilaian yang sangat positif, baik dari kritikus maupun pembaca awam. Telkomsel akan mengupasnya dari berbagai sisi supaya kamu semakin tergerak untuk membaca~

 

Dari segi penulisan, Leila banyak menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Akan tetapi, di beberapa bagian, dirinya juga menyelipkan kutipan serius dan gaya bicara puitis demi mendapatkan efek dramatis yang pas dan menyentuh.

 

Dari segi isi, buku ini tentu mempunyai banyak keunggulan. Candaan yang lucu, suasana yang hangat, perjuangan yang berapi-api, rasa rindu yang menusuk, dan kepedihan hati yang harus ditanggung oleh para tokoh tergambarkan dengan baik.

 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, buku Laut Bercerita diangkat dari kisah nyata. Setiap lembar buku ini tidak hanya dipenuhi buah imajinasi Leila tetapi juga kesaksian para penyintas kasus penyiksaan dan penghilangan paksa.

 

Oleh sebab itu, aksi merayap di tanah demi menghindari pantauan intel, penyiksaan yang dahsyat, penculikan para aktivis, sampai kepedihan keluarga para korban terasa begitu nyata karena hal tersebut memang benar-benar terjadi.

 

Overall, buku ini layak mendapatkan penilaian setinggi-tingginya. Sebab, buku Laut Bercerita tidak hanya menyajikan karya sastra yang indah tetapi juga menyadarkan masyarakat tentang kejinya pelanggaran hak asasi manusia pada masa Orde Baru.

 

Usai mengetahui review-nya, mari pindah ke materi selanjutnya~

 

Fakta Menarik tentang Buku Laut Bercerita

Berikut beberapa fakta menarik tentang buku Laut Bercerita.

 

  1. Buku Laut Bercerita Sudah Diterjemahkan ke Bahasa Asing

    Tidak hanya dicetak ulang sebanyak 71 kali, novel karangan Leila S. Chudori ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John. H. McGlynn. Buku ini kemudian diberi judul When the Sea Speaks His Name.

     

  2. Pihak Penerbit Meluncurkan Film Pendek Laut Bercerita

    Dalam rangka mempromosikan buku ini, dan menyebarkan awareness perihal sejarah kelam Indonesia yang terkesan ingin dihapus, pihak penerbit turut mengorbitkan film pendek Laut Bercerita.

     

    Film pendek besutan Pritagita Arianegara itu hanya bisa disaksikan secara terbatas secara daring karena sensitifnya isu yang diangkat. Fyi, waktu pengambilan adegan Laut Bercerita hanya memakan waktu tiga hari, lho!

     

  3. Bagian “Piring di Meja Makan” Benar-Benar Terjadi

    Salah satu bagian dalam buku Laut Bercerita yang paling terngiang-ngiang di benak pembaca adalah kejadian piring di meja makan. Adegan tersebut menggambarkan kepedihan yang luar biasa.

     

    Sebab, walaupun Laut sudah lama menghilang dan tidak diketahui kabarnya, ayah dan ibu Laut tetap menyiapkan empat piring di meja makan (untuk si ayah, si ibu, Asmara Jati yang adalah adik Laut, dan Laut sendiri). 

     

    Rupanya, hal ini benar-benar dialami oleh salah satu keluarga aktivis yang tidak dikembalikan. Mereka terus menyangkal kemungkinan kematiannya dan tetap berharap anggota keluarga yang hilang bisa segera pulang.

     

  4. Hadiah dari “Sang Penyair” untuk “Si Penulis”

    Di bagian pembuka novel, ada penggalan puisi berbunyi, “Matilah engkau mati, kau akan lahir berkali-kali”. Potongan puisi tersebut dituliskan oleh “Sang Penyair” alias Gala sebagai hadiah ulang tahun Laut, si penulis.

     

    Ternyata, penggalan puisi yang sekarang sangat terkenal itu adalah hadiah dari Sutardji Calzoum Bachri, seorang sastrawan legendaris Indonesia, untuk Leila S. Chudori. 

     

  5. Peranan Tokoh Perempuan dalam Novel Laut Bercerita

    Dalam salah satu diskusinya, Leila bercerita bahwa dirinya ingin menyertakan tokoh perempuan karena ia yakin, pada masa itu, yang berjuang dan mengalami penderitaan bukan hanya laki-laki saja.

     

    Pertemuannya dengan Lili, salah satu penyintas yang bersedia menjadi narasumber Leila, melahirkan karakter Kinan. Dengan demikian, novel ini tidak hanya menunjukkan perlawanan tetapi juga mengangkat isu feminisme.

     

Baca Juga: 10 Film Indonesia Terbaik di Netflix Lintas Genre

 

Itu dia sinopsis dan review Laut Bercerita versi Telkomsel. Pesan penting dari novel ini yang harus kamu ingat adalah jangan pernah melupakan sejarah dan petiklah pelajaran dari masa lalu kelam bangsa ini. Jangan ulangi kesalahan yang sama. 

 

Sebagai informasi tambahan, kalau kamu ingin melihat pandangan lain tentang buku Laut Bercerita, kamu bisa memantau review-nya di YouTube. Makanya, jangan lupa berlangganan Kuota Ketengan dari Telkomsel, ya!

 

 
scroll
Komentar 0
Tulis Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Belum ada komentar
Jadilah orang pertama yang komentar disini!
mock
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
DewiLarasati
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Balasan Lainnya (1)
Sembunyikan Balasan

Laporan Anda berhasil dikirim