BAGIKAN

The NextDev Hub Virtual Talks #2: Transformasi & Inovasi Masyarakat Digital Memasuki Era Kenormalan Baru

Article
The NextDev Hub Virtual Talks #2: Transformasi & Inovasi Masyarakat Digital Memasuki Era Kenormalan Baru

The NextDev Hub Virtual Talks #2:
Transformasi & Inovasi Masyarakat Digital Memasuki Era Kenormalan Baru

The NextDev Hub Virtual Talks #2: Transformasi & Inovasi Masyarakat Digital Memasuki Era Kenormalan Baru

Pandemi COVID-19 membuat tatanan kehidupan masyarakat berubah secara otomatis. Ketika kondisi ini sudah berusia berbulan-bulan, sudah jelas ada transformasi yang terjadi. Itu pula yang harus disambut dengan inovasi baru. Mengapa perlu inovasi baru? Dengan inovasi, maka masyarakat bisa lebih mudah dalam menjalani aktivitas. Apalagi era kenormalan baru juga semakin diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Harus ada perubahan ke arah positif setelah diserang masalah kesehatan yang melanda dunia.

Hal ini pula yang diamini dalam dunia digital. Teknologi digital telah menjadi pelengkap dalam menjalani keseharian. Apalagi ketika disarankan untuk menjalankan berbagai aktivitas dari rumah. Akhirnya teknologi digital yang bisa memberikan dukungan.

Berbicara mengenai  dukungan yang diberikan oleh teknologi digital, para pelaku industri digital sebenarnya perlu untuk mengetahui bagaimana consumer behavior yang berubah selama pandemi. Selain itu, perubahan ini juga harus disambut dengan membuat konten yang lebih relevan dan optimal meskipun sudah memasuki era kenormalan baru.

Untuk bisa melihat lebih dalam, seminar The NextDev Hub Virtual Talks #2  yang diselenggarakan di kanal YouTube THE NEXTDEV HUB, pada tanggal 2 Juli 2020 membahas bagaimana perubahan dari sisi perilaku konsumen serta sisi pembuatan konten saat era kenormalan baru dalam dua topik  “Consumer Behavior in a Post-Pandemic World: What Stays and What Changes” dan “How the New Normal Disrupts the Way We Create and Consume Content”. Lebih dari 170 peserta ikut berpartisipasi dan berbagi pengetahuan dengan para panelis yang terdiri dari Triwibowo (CEO Tukangsayur.co), Muhammad Irfan Agia (Consumer Insight Lead LinkAja), Vera Shiska (Head of Digital Hakuhodo Indonesia), dan Medy Renaldy (Content Creator).

Perubahan Perilaku Konsumen di Dalam Masa Transisi

Dalam memasuki masa transisi yang telah dilakukan sejak Juni 2020 di kota-kota besar Indonesia, perilaku konsumen cukup banyak perubahan. Apalagi ketika dampak yang dirasakan lebih ke arah negatif ketika berbagai protokol seperti lockdown, Work From Home, dan lainnya mulai diterapkan. Masyarakat telah sadar bahwa mereka harus menjalani aktivitas di rumah demi bisa menjaga kesehatan. Pergi ke luar rumah pun juga sebaiknya tidak dilakukan. Jika memang harus pergi, maka harus betul-betul menjaga kebersihan diri.

Menurut Head of Digital Hakuhodo Digital Indonesia, Vera Shiska, 94% koresponden di Asia Tenggara mengalami perubahan akibat pandemi. Hal ini juga membuat orang lebih sering membeli berbagai produk kesehatan, seperti masker, suplemen, dan hand sanitizer, agar bisa terus bisa mencegah pandemi ini semakin menyebar.

Vera juga menambahkan bahwa masyarakat juga lebih sering menggunakan teknologi dalam beraktivitas. Bahkan di Indonesia sendiri, masyarakat lebih sering untuk bermain game di smartphone dan bermain media sosial. Hal ini menjadi bukti bahwa teknologi digital sangat membantu masyarakat Indonesia dalam menjalani hari-hari dalam era kenormalan baru ini. Maka dari itu, diperlukan adaptasi yang lebih tinggi dengan teknologi yang ada dan terus bermunculan.

Perubahan Dalam Pola Konsumsi Masyarakat

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Consumer Insight Lead LinkAja, Muhammad Irfan Agia. Menurutnya, masyarakat Indonesia menjadi lebih cemas karena ketidakpastian yang ada. Bahkan ketika pandemi ini baru masuk ke Indonesia, langsung melakukan panic buying. Sebenarnya hal tersebut terhitung wajar. Mengapa bisa disebut wajar? Alasan utamanya adalah masyarakat memiliki sifat untuk take control. Jika mereka merasa bahwa ada hal di luar sana yang tidak bisa dikendalikan serta mampu menjadi gangguan besar di dalam menjalani aktivitas, maka perlu tindakan yang lebih cepat diambil. Itulah mengapa pada saat pandemi, panic buying menjadi hal yang lumrah.

Namun ketika masa transisi ini berjalan, maka ada perubahan yang terjadi. Diutarakan, bahwa terdapat tiga psychological factor post-pandemic yaitu:

  • Sense of Gratification: merasa bahwa memiliki hak untuk belanja setelah menjalani masa lockdown
  • Sense of Agency: perlu adanya safety feeling atau rasa aman dari setiap bisnis yang ada saat ini dari sisi konsumen
  • Sense of Stability: sudah mulai menyiapkan dana darurat dengan mengelola uang secara lebih baik lagi

Perubahan dalam era kenormalan baru ini sebenarnya bisa juga dimanfaatkan dalam bisnis. Bagaimana caranya? Founder & CEO TukangSayur.co, Chelly Triwibowo, menyatakan bahwa ada peluang bisnis untuk kebutuhan pokok masyarakat di beberapa daerah besar Indonesia. Contohnya seperti:

  • Kota Bandung yang sangat dibutuhkan beberapa jenis sayuran (daun poh-pohan dan daun katuk)
  • Pulau Bali yang memiliki permintaan ikan mas tapi masih perlu suplai yang lebih banyak
  • Kota Samarinda yang membutuhkan produk dari luar Kalimantan (daun bawang, buah bit, wortel lokal)

Dengan peluang bisnis yang ada, terlihat bahwa masyarakat memang menjadi lebih sering untuk memasang di rumah daripada harus membeli makanan di luar. Mereka mulai sering mencari menu masakan, belanja sayur secara online, hingga mencari cara memasak sayur agar bisa tetap memenuhi gizi harian. Dengan begitu, dari sisi kesehatan menjadi lebih terjaga juga.

Terlihat jelas bahwa walaupun ada transformasi masyarakat digital ketika sudah memasuki era kenormalan baru, tetap ada potensi yang menarik untuk digali dan bisa dimaksimalkan.

Apakah Sulit Membuat Konten di Dalam Era Kenormalan Baru?

Industri digital juga sebenarnya merasakan transformasi masyarakat digital. Apalagi dalam membuat konten digital. Banyak bisnis yang sadar bahwa ketika pandemi dan masa transisi ini berjalan, terdapat sisi-sisi bisnis yang bisa dioptimalkan asalkan tahu bagaimana caranya.

Itulah yang disadari oleh Head of Music & Content Resso Indonesia, Christo Putra. Baginya, melihat bahwa untuk bisa menjawab kebutuhan masyarakat dari beragam usia, termasuk Gen Z, maka diperlukan inovasi tepat. Termasuk di dalam dunia musik sendiri. Konsumsi musik masyarakat sudah berubah dari offline ke online. Jadi, ada beberapa inovasi yang bisa dilakukan di sana. Inovasi yang diberikan juga cukup beragam dan kreatif. Dimulai dari membuat virtual concert, melakukan sesi tanya jawab di media sosial secara live, dan terus mencoba mengubah perilaku konsumen agar mau mengkonsumsi konten musik digital. Hal ini akhirnya bisa masyarakat sadar bahwa sudah saatnya beralih ke platform musik digital.

Kreativitas yang terus ditonjolkan dalam membuat konten juga dilakukan oleh Co-Founder KokBisa, Gerald Sebastian. Ketika era kenormalan baru ini mulai didengungkan, maka konten-konten kreatif selalu dicari. Apalagi ketika aktivitas learning from home masih dilakukan. Konten edukasi yang dibuat oleh KokBisa dengan memaksimalkan animasi akhirnya menjadi primadona di YouTube karena sesuai dengan 

Namun ada fakta yang cukup disayangkan yang diberikan oleh Gerald Sebastian. Menurut pendapatnya, permintaan pasar semakin meninggi ketika kenormalan baru, tapi penyedia kontennya hanya sedikit. Perlu sekali usaha dari orang-orang kreatif di luar sana untuk bertransformasi dengan memberikan inovasi dari sisi konten menarik dan bisa memberikan edukasi. Kolaborasi dalam menciptakan konten inilah yang coba terus didukung oleh teknologi digital.

Pemanfaatan teknologi digital pun juga penting. Khususnya dalam perluasan platform untuk menyebar konten. Itu pula yang dilakukan Medy Renaldy yang mampu melihat peluang tersebut lebih awal.  Sebagai seorang pembuat konten kreatif, Medy Renaldy memaksimalkan beragam channel, seperti YouTube, Instagram, hingga TikTok, untuk membantu proses penyebaran konten yang dibuat. Medy Renaldy memberikan penekanan agar terus berusaha mencari inovasi baru karena di dalam industri kreatif, selalu ada peluang untuk bisa dikenal semakin banyak orang dari hasil kreativitas yang dibuat. Jangan sampai melewatkan peluang yang ada di setiap platform digital. Khususnya bagi yang terjun di dalam dunia konten digital.

Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia masih tetap membutuhkan asupan konten dari para content creator walau sudah memasuki era kenormalan baru. Usaha dan hasil kreativitas yang diberikan pastinya bisa dinikmati dan selalu ada pasar dari tiap konten yang dibuat. Peluang ini seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal ketika semua mata tertuju kepada dunia teknologi digital.

Edisi The NextDev berikutnya akan kembali hadir secara virtual berupa webinar yang akan ditayangkan Selasa, 7 Juli 2020 dengan tema Roads to Cloud Business. Terus dapatkan informasi terkini seputar The NextDev melalui berbagai akun media sosial resmi The Nextdev antara lain Instagram (@thenextdev), Twitter (@thenextdev), dan Facebook (thenextdev).