The NextDev Hub Virtual Talks #3:
Kolaborasi Teknologi & Inovasi Untuk Indonesia Maju
Pada 17 Agustus yang lalu, Republik Indonesia telah memasuki usia 75 tahun. Dalam perjalanan negeri ini, berbagai pihak saling berkolaborasi untuk memajukan ragam industri melalui teknologi. Semangat kolaborasi yang selalu didengungkan terbukti dengan perkembangan inovasi di berbagai sektor bisnis. Namun, bagaimana menerapkan kombinasi teknologi & inovasi yang tepat?
Karena itu, The NextDev Hub Virtual Talks #3 hadir untuk memberikan jawaban yang tepat. Sebagai edisi spesial perayaan HUT RI ke-75, acara ini terbagi dalam tiga sesi diskusi yang mengambil tema “Leading Innovation: Developing a Lean and Curious Culture”, “Fireside Chat: Enabling Digital Transformation through Technology”, dan “Toward an Innovation Culture: Enhancing Innovative Performance of Small Business”.
Membangun Budaya Inovasi dan Efisien
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang diciptakan untuk memaksimalkan kinerja. Namun tidak cukup sampai di titik itu saja. Menurut Fajrin Rasyid (Director Digital Business at Telkom Indonesia), ada tiga pilar dalam proses transformasi digital, yaitu teknologi, struktur organisasi, dan people. Ia juga meluruskan pemikiran keliru yang menyatakan bahwa penerapan teknologi canggih harus dilakukan secepat mungkin. Padahal yang lebih penting adalah mengawinkan kebutuhan perusahaan dengan teknologi yang paling sesuai.
Sedangkan, Firdaus Juli (Co-Founder BenihBaik.com) melihat setidaknya terdapat dua komponen penting dalam pengembangan produk. Pertama adalah memiliki sumber daya yang powerful dan yang kedua jeli melihat kebutuhan pasar. Dengan dua kombinasi tersebut, maka produk yang dihasilkan bisa menjadi jawaban dengan dampak yang jauh lebih luas dan bermanfaat.
Bagaimana cara memulai inovasi produk yang baik? Menurut Dayu Dara (Founder & CEO Pinhome), ada empat poin penting untuk memulai inovasi, yaitu:
1. Alasan untuk memecahkan masalah yang nyata dan besar.
2. Memiliki orang-orang yang bisa menjalankan inovasi serta menyediakan ruang bagi karyawan untuk berkolaborasi dan berinovasi.
3. Proses yang cepat & efisien agar inovasi tidak mati sebelum berkembang.
4. Produk berbasis teknologi, agar bisa mengganti produk-produk yang manual.
Namun semua hal tersebut tidak akan lengkap tanpa nilai efisiensi dan keinginan belajar dari seluruh karyawan. Bagi Denny Abidin (VP Corporate Communications Telkomsel), diperlukan empat pilar dalam keinginan untuk belajar, yakni respek, berpikir secara ilmiah, memasang target sesuai pengalaman, dan berorientasi pada hasil. Ketika semua poin ini bisa dijalankan, bagaimanapun kondisi yang ada – termasuk pandemi – tidak akan menghentikan proses transformasi yang sedang berjalan.
Mendorong Transformasi Digital Melalui Teknologi
Kemajuan teknologi yang ditandai dengan revolusi industri 4.0 membutuhkan transformasi digital yang cepat dan bisa diandalkan. Apalagi melihat pandemi yang masih berlangsung, para pelaku industri harus bergerak lebih cepat dalam beradaptasi.
Menurut Adrian Gilrandy (Co-Founder PTC.sc), hal penting dalam proses adaptasi teknologi adalah memahami core kompetensi bisnis. Jangan sampai latah dan sekedar mengikuti tren saja. Kita harus paham betul apa yang menjadi core kompetensi bisnis. Dalam usaha membangun kompetensi bisnis, jadilah spesialisasi di satu hal dan menjadi yang terbaik. Nantinya, teknologi yang sudah ada tinggal diaplikasikan dengan lebih mudah.
Pernyataan Adrian juga didukung oleh Ifa Hanifah (Managing Director NAH Project). Dengan optimalisasi dunia digital dan media sosial, perlu untuk mendekatkan bisnis dengan pelanggan. Baginya, lebih mudah menarik perhatian masyarakat yang sudah melek dengan teknologi. Dengan segala bentuk kemudahan yang ada, bisnis tersebut tinggal fokus menyampaikan informasi, menjalin hubungan dengan pelanggan, dan menampilkan brand secara daring.
Inilah mengapa semua bisnis yang ada diharapkan bisa melakukan transformasi digital melalui teknologi karena dampak yang didapatkan menjadi lebih besar dan luas. Bahkan bagi sektor bisnis yang awalnya dinilai tidak mungkin pertumbuhannya bisa diakselerasi oleh teknologi.
Inovasi Teknologi Untuk Bisnis Kecil
Ya, dalam perjalanan teknologi dan pemikiran inovatif, sebenarnya segala bentuk kemajuan bisa dioptimalkan. Tidak hanya untuk bisnis berskala besar saja, namun juga bagi bisnis berskala kecil dan rintisan. Seperti yang dilakukan Warung Pintar dalam mentransformasi bisnis mikro di Indonesia dan Gandengtangan yang hadir sebagai platform pendanaan untuk usaha mikro.
Sofian Hadiwijaya (Co-Founder Warung Pintar) menceritakan nilai-nilai apa saja yang harus ditanamkan dan dilakukan dalam mendorong inovasi teknologi untuk bisnis kecil. Mulai dari fokus untuk mengembangkan ekonomi di akar rumput, fokus dengan visi yang tepat, dan terus melakukan perbaikan. Dengan implementasi teknologi, maka tercipta efisiensi dan perubahan dalam kehidupan penggunanya.
Jezzie Setiawan (Co-Founder & CEO Gandengtangan) juga memberikan pandangannya tentang bagaimana membangun bisnis mikro Indonesia agar lebih dekat dengan teknologi. Baginya, diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan investor yang memiliki kesamaan visi dan misi. Selain itu, pemanfaatan teknologi dan platform daring serta distributor konvensional harus bisa berjalan beriringan. Secanggih apapun teknologi yang dimiliki, solusi yang ditawarkan harus bisa menyentuh semua pihak, termasuk bisnis konvensional.
Pada akhirnya, kolaborasi dan inovasi teknologi yang dilakukan diharapkan mampu membawa perubahan positif bagi Indonesia. Sehingga makin banyak masyarakat Indonesia yang lebih berdaya dan merasakan manfaat teknologi dengan semangat terus bergerak maju.
Kunjungi akun media sosial resmi The NextDev untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan The NextDev lainnya!
- Instagram: https://instagram.com/thenextdev
- Twitter: https://twitter.com/the_nextdev
- Facebook: https://facebook.com/thenextdev