BAGIKAN

The NextDev Hub x Huawei Webinar Series: Merespons COVID-19 dan Masa Depan Pascapandemi dengan Teknologi

Article
The NextDev Hub x Huawei Webinar Series: Merespons COVID-19 dan Masa Depan Pascapandemi dengan Teknologi

The NextDev Hub x Huawei Webinar Series:
Merespons COVID-19 dan Masa Depan Pascapandemi dengan Teknologi

The NextDev Hub x Huawei Webinar Series: Merespons COVID-19 dan Masa Depan Pascapandemi dengan Teknologi

Sebuah studi menunjukkan bahwa 50% perusahaan Indonesia kini menjadikan transformasi digital sebagai prioritas dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19 di Tanah Air. Upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital di dalam operasional perusahaan tersebut patut diacungi jempol. Meski demikian, masih cukup banyak perusahaan di Indonesia yang menghadapi tantangan dalam bertransformasi.

Studi yang sama mengemukakan bahwa 41% perusahaan menemukan kesulitan untuk menjalankan cara-cara baru dalam kegiatan operasionalnya, salah satunya dalam hal rantai perizinan. Lalu, 61% korporasi di Indonesia mengaku tidak memiliki budaya kerja progresif yang bisa mengarahkan karyawan untuk lebih tangkas dan adaptif terhadap perubahan. Sebagai pelengkap, sebanyak 63% perusahaan di Tanah Air menilai kurang dari setengah karyawan yang mampu memanfaatkan sarana digital secara mumpuni.

Lantas, bagaimana perusahaan maupun startup dan pelaku bisnis lainnya melewati tantangan tersebut? David W. Anthony, Senior Consultant Huawei, memberikan pemaparannya tentang bagaimana elemen-elemen yang terdampak oleh COVID-19 merespons pandemi lewat teknologi. Hal tersebut diungkapkannya dalam seminar daring pamungkas “The NextDev Hub X Huawei Webinar Series: Responding to COVID-19 Crisis - ICT Experience Sharing” yang diselenggarakan pada Rabu, 2 September 2020.

Merespons Pandemi COVID-19 dengan Teknologi

Pada dasarnya, pandemi COVID-19 menjadi momentum untuk mengakselerasikan proses transformasi digital di sebuah organisasi. Perusahaan hingga startup dapat memaksimalkan momentum ini melalui inovasi yang diimbangi dengan digitalisasi operasional. Mereka bisa mengambil inspirasi dari transformasi digital yang sudah ada, seperti otomasi pada proses produksi di dalam pabrik, hingga pengantaran barang dengan robot atau drone.

Dari situ, organisasi bisa menemukan bentuk transformasi yang sesuai dengan kebutuhannya dan sektor apa yang menjadi fokus utama. Pasalnya, transformasi organisasi di tengah pandemi COVID-19 ini bisa mengarah ke berbagai hal. Transformasi bisa mendorong implementasi kantor virtual atau metode bekerja secara remote hingga mengaktifkan lini bisnis baru, misalnya solusi di bidang software-as-a-service (SaaS).

Baca Juga: Menjawab Tantangan Pengelolaan Bisnis di Lingkungan yang Dinamis

Kesiapan organisasi dalam menyusupkan teknologi ke sendi-sendi operasionalnya bisa membuat mereka berperan aktif dalam upaya pengendalian pandemi COVID-19 di wilayahnya. David menuturkan ada lima tahap yang menggambarkan bagaimana fondasi teknologi yang kokoh bisa memungkinkan sebuah negara melakukan pengendalian wabah COVID-19, yaitu:

1. Pengurangan infeksi secara internal

Menekan penularan virus corona bisa dilakukan dengan pembatasan aktivitas di luar rumah hingga menutup sebuah wilayah seutuhnya (lockdown). Perusahaan yang telah bertransformasi bisa mengambil peran dalam upaya ini melalui penerapan sistem WFH.

2. Pencegahan kedatangan virus secara eksternal

Organisasi dengan operasional terdigitalisasi, misalnya penggunaan tanda tangan digital, bisa menghapus kegiatan dinas maupun acara seremonial, sekaligus mengurangi mobilisasi masyarakat antar daerah untuk mencegah penularan virus dari luar.

3. Mengurangi risiko penyebaran misinformasi

Organisasi yang peka dengan tren terkini bisa membantu mengurangi risiko penyebaran misinformasi dengan memberikan arahan secara menyeluruh kepada karyawan sekaligus memberikan edukasi mengenai pandemi COVID-19 ke pelanggan.

4. Menjaga fungsi sosial masyarakat

Operasional yang terdigitalisasi dapat memungkinkan perusahaan untuk membantu masyarakat tetap beraktivitas, salah satunya dengan menyediakan customer journey yang seutuhnya melalui channel digital, sekaligus berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi yang terdampak akibat COVID-19.

5. Memulihkan layanan organisasi

Organisasi yang telah bertransformasi bisa berkontribusi lebih besar dalam menerapkan protokol kesehatan ketika memulai kembali operasionalnya di kantor yang telah dilakukan sejumlah penyesuaian, seperti social distancing, sebagai bagian dari era new normal dan post normal.

Transformasi Lingkungan Kerja

David menuturkan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mentransformasi lingkungan kerja, khususnya yang sesuai dengan realita saat ini terkait dengan pandemi COVID-19. Ketiga hal tersebut adalah platform kolaborasi daring, pemanfaatan cloud, serta keamanan siber.

Organisasi mutlak menyediakan platform kolaborasi secara online yang mudah digunakan oleh para karyawannya. Platform kolaborasi online menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan kerja yang progresif karena platform tersebut berguna untuk menjaga produktivitas dan sinergi antar karyawan sekaligus menjalankan fungsi kontrol.

Kemudian, sinergi antar karyawan yang dilakukan secara remote membuat pertukaran dan penyimpanan data secara online semakin tinggi. Maka dari itu, perusahaan atau organisasi perlu memiliki cloud yang dapat diandalkan dan memberikan rasa aman, agar seluruh data perusahaan dapat tersimpan dengan baik.

Baca Juga: Solusi Bagi Pemimpin untuk Mencapai Performa Tinggi Dalam Mengatur Tim

Sedangkan keamanan siber adalah hal yang harus senantiasa ditekankan perusahaan kepada karyawan. Perusahaan perlu mengedukasi karyawan pentingnya menjaga keamanan perangkat yang digunakan ketika bekerja secara remote, memastikan keamanan koneksi internet yang digunakan, serta memasang lapisan keamanan tambahan di akun-akun yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran data perusahaan akibat kelalaian karyawan yang dimanfaatkan oleh para hacker.

Mengakselerasikan Teknologi untuk Masa Depan

Organisasi tidak hanya perlu beradaptasi terhadap kebiasaan baru yang  tengah berjalan, namun juga terhadap post normal dan periode selanjutnya di masa depan. Maka dari itu, peran seluruh elemen, mulai dari pemerintah, perusahaan, startup, hingga masyarakat, diperlukan untuk mengakselerasikan teknologi digital dalam menghadapi masa depan

David menjelaskan ada empat faktor kunci dalam melakukan pengembangan teknologi, yang bisa diterapkan di Indonesia. Keempatnya adalah kebijakan dan investasi, infrastruktur, implementasi ICT, serta ekosistem. Kebijakan dan investasi salah satunya menjadi tugas pemerintah dalam merancang strategi nasional, bagaimana teknologinya akan digunakan, dampaknya untuk ekonomi, serta sektor mana yang perlu diperkuat terlebih dahulu.

Lalu, ada infrastruktur yang menjadi nyawa dari implementasi ICT yang dilakukan. Teknologi yang digunakan dalam membangun infrastruktur, lebih spesifiknya infrastruktur jaringan, akan menentukan seberapa jauh implementasi ICT yang bisa diwujudkan. Kemudian, jika infrastrukturnya sudah memadai, maka akan muncul pilihan yang luas dalam mengimplementasikan ICT dan bagaimana mengembangkannya ke depan, mulai dari membuatnya menjadi lebih terjangkau, lebih mudah digunakan, dan kaya akan konten serta fitur.

Tidak ketinggalan, ekosistem menjadi hal yang penting dari pengembangan ICT yang baik. Bagaimana implementasi ICT yang sudah dilakukan mampu melahirkan banyak layanan yang dapat memudahkan hidup, mulai dari smart city, e-governance, hingga telemedicine. Dengan begitu, akan terbentuk ekosistem yang holistis yang mampu mendorong perilaku digital yang berkelanjutan bagi berbagai pihak, mulai dari masyarakat secara umum hingga perusahaan dan pemerintah yang terlibat di dalamnya.

Bagaimana, menarik bukan penjelasannya? Buat kamu yang ingin lebih banyak tahu tentang perkembangan teknologi terkini serta informasi menarik lainnya tentang The NextDev bisa langsung akses akun media sosial resmi The NextDev berikut ini: