BAGIKAN

Tiga Aplikasi Jebolan The Nextdev Ini Siap Majukan Industri Pertanian

Article
Tiga Aplikasi Jebolan The Nextdev Ini Siap Majukan Industri Pertanian

    Tiga Aplikasi Jebolan The Nextdev Ini Siap Majukan Industri Pertanian

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki banyak pertanian di daerah. Kendati bidang pertanian menjadi andalan, sering kali para petani mengalami kerugian karena pengelolaan pertanian dan hasil panennya yang masih dilakukan secara manual atau tradisional.

Tentu saja bukan berarti tradisional itu buruk, pengalaman para petani tetap merupakan keterampilan yang tidak bisa diremehkan. Tetapi pengadopsian teknologi dalam pertanian bisa memperkecil risiko gagal panen dan juga membantu petani untuk memasarkan hasil panennya dengan harga yang pantas.

Tiga Aplikasi Jebolan The Nextdev Ini Siap Majukan Industri Pertanian

Hal inilah yang dilirik para anak muda kreator yang ingin membantu memajukan para petani dengan aplikasi-aplikasi mereka. Para kreator ini bergabung di The Nextdev yang mendapat pendampingan dari tim Telkomsel dan para praktisi di bidangnya untuk membangun solusi kreatif berbasis teknologi yang berdampak sosial.

Berikut ini adalah beberapa aplikasi pertanian buatan startup hasil asuhan TheNextDev.

1. Habibi Garden

Tak hanya berhasil memenangkan The Next Dev 2016, Habibi Garden juga menyabet penghargaan Global Mobile (Glomo) Awards 2019 yang diselenggarakan di Mobile world Congress Barcelona. Sebelumnya start up ini pun meraih penghargaan di tingkat Asia Pasifik pada ajang Singtel Group Future Makers 2018 sebagai Best of The Best Future Makers 2018 dan People Choice Award Asia Pacific Investment Summit.

Habibi Garden adalah perangkat pertanian presisi yang memungkinkan berkomunikasi dengan tanaman berkat data real time lingkungan tanah yang diambil. Aplikasi ini akan membantu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dengan teknologi yang memantau dan menjaga kondisi tanaman. Pengumpulan data pertanian, penerapan sistem irigasi otomatis dan pemakaian dashboard diperkuat dengan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML).

Sistem yang digunakan menggabungkan teknologi Narrow Band Internet of Things (NB-IoT) dan Sensor Agrikultur Presisi Habibi Garden. Sensor tersebut akan mengumpulkan data suhu, intensitas cahaya, kelembapan udara, kadar air dalam tanah dan nnutrisi tanah. Pemantauan dilakukan pada setiap aspek, seperti asupan air, nutrisi dan sinar matahari. Data yang dikumpulkan akan diproses dan dikirim sebagai pemberitahuan baik tidaknya kondisi tanaman. Pengendalian bisa dilakukan secara otomatis dengan Habibi dosis pump yang memberikan pupuk dan air pada tanaman secara tepat.

2. Eragano

Startup yang dibangun oleh Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan ini menyediakan solusi praktis di bidang pertanian. Para petani kecil bisa mendapatkkan pinjaman lunak dari pemberi modal melalui aplikasi ini. Berbagai perlatan pertanian untuk produksi tani pun bisa diakses melalui Eragano. Edukasi dan pelathihan bertani yang terpadu pun tersedia demi mendukung kesejahteraan petani. Eragano juga akan memperluas akses pasar untuk penjualan hasil panen.

Awalnya Eragano diperkenalkan kepada para petani cabai dan tomat di daerah Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena dekat dengan lokasi perusahaan rintisan tersebut berdiri. Hasil uji coba aplikasi tersebut berhasil mendongkrak hasil panen dan pendapatan para petani sampai 30%. Kemudian cakupan aplikasi ini pun diperluas ke wilayah lain, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur pada tahun 2017.

3. Taponesia

Taponesia adalah singkatan dari Tanam Pohon indonesia. Start up ini dibentuk oleh Nur Maulidiah El Fajr dan Tri Lestari pada Desember 2015 untuk berperan dalam menghijaukan kembali bumi Indonesia. Platform agroforestri digital ini membantu petani setengah menganggur sambil memanfaatkan lahan kritis dengan pendanaan dari investor.

Kepedulian lingkungan para pendiri Taponesia ini diawali oleh data 5 juta hektar lahan subur yang tak dimanfaatkan padahal di sekitarnya jutaan petani menganggur. Taponesia bekerja sama dengan Green Community Forum di Minahasa Utara, Sulawesi untuk menyediakan 200 hektar lahan dan petani lokal dalam program platform mereka.

Kegiatan yang dilakukan Taponesia dan Green Community Forum mencakup penyiapan lahan dan bibit pohon pala yang memiliki daya serap besar terhadap karbon. Pohon pala memiliki nilai ekonomis tinggi, harganya Rp1,5 juta per pohon dan buahnya bisa dimanfaatkan sebagai penyedap rasa dan pengobatan. Harga buah pala sendiri sekitar Rp170 ribu per kg dan jika dijadikan minyak atsiri harganya sekitar Rp600 ribu per liter.

Aplikasi Android Taponesia sempat dirilis pada 14 Mei 2016, sayangnya aplikasi ini sudah tak bisa ditemukan lagi di Google Play Store.

Untunglah aplikasi Habibi Garden terus memberikan gebrakan dan mengharumkan nama bangsa di ajang internasional ya.