Keindahan Ukiran dan Hiasan dalam Arsitektur Rumah Adat Bali

Keindahan Ukiran dan Hiasan dalam Arsitektur Rumah Adat Bali

Bali bukan hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang memesona, tetapi juga dengan budaya dan tradisinya yang masih terjaga hingga kini. Salah satunya adalah rumah adat Bali yang masih ada di setiap daerah di Bali.

 

Rumah adat Bali, yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat setempat.

 

 

Keunikan arsitektur tradisional Bali membuatnya begitu khas dan sarat akan makna, menarik minat wisatawan hingga peneliti budaya dari berbagai penjuru dunia.

 

Memahami rumah adat Bali bisa menjadi langkah awal yang menarik. Setiap bangunan dalam kompleks rumah adat memiliki fungsi dan makna tersendiri, yang berakar pada konsep kosmologi Hindu-Bali. 

 

Tata letaknya pun tidak sembarangan, melainkan mengikuti aturan adat yang disebut Asta Kosala Kosali, yang mengatur keseimbangan antara manusia, alam, dan roh leluhur.

 

Menjelajahi rumah adat Bali bukan hanya tentang melihat bentuk bangunannya, tetapi juga memahami filosofi dan nilai-nilai kehidupan masyarakat Bali. Keunikan ini semakin memperkaya daya tarik budaya Bali yang sudah mendunia. 

 

Jadi, jika kamu berkunjung ke Pulau Dewata, jangan lupa untuk mengenal lebih dalam tentang rumah adatnya! Kamu bisa mulai menonton video-video tentang rumah adat Bali di YouTube Premium dengan berlangganan di aplikasi MyTelkomsel.

 

Sekarang kita mengenal tentang rumah adat Bali, yuk.

 

Baca Juga: GWK Bali: Lokasi, Harga Tiket, dan Daya Tarik

 

 

Penjelasan Rumah Adat Bali

 

Rumah adat Bali bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan filosofi mendalam yang dianut masyarakatnya. 

 

Dalam pembangunannya, masyarakat Bali berpegang pada konsep Tri Hita Karana, yang menekankan keseimbangan antara manusia (pawongan), lingkungan (palemahan), dan hubungan spiritual dengan Tuhan (parahyangan). 

 

Oleh karena itu, setiap rumah adat dibangun dengan aturan tertentu, mulai dari bentuk, ukuran, hingga tata letaknya, agar menciptakan harmoni dalam kehidupan penghuninya.

 

Arsitektur rumah adat Bali juga kaya akan hiasan dan ukiran yang memiliki makna simbolis. Ragam hias seringkali menampilkan unsur alam dan fauna dalam bentuk patung atau ornamen sebagai alat komunikasi dan bagian dari ritual keagamaan. 

 

Selain itu, dalam kepercayaan masyarakat Bali, arah mata angin memiliki peran penting dalam menentukan letak bangunan. Kaja, atau arah menuju gunung, dianggap suci, sehingga bangunan seperti Pura desa selalu menghadap ke sana. 

 

Sementara itu, Kelod, yang mengarah ke laut, sering dikaitkan dengan hal-hal yang lebih profan, seperti tempat pemujaan bagi roh leluhur.

 

Setiap rumah adat Bali dibangun berdasarkan aturan Asta Kosala Kosali, yang mirip dengan prinsip tata ruang dalam budaya Tiongkok. Prinsip ini menentukan tata letak bangunan agar selaras dengan alam dan spiritualitas. 

 

Oleh karena itu, tak heran jika saat berkunjung ke Bali, kamu akan melihat banyak sesajen yang diletakkan di berbagai sudut rumah atau pura. 

 

Tradisi ini menjadi bukti bahwa masyarakat Bali masih menjaga adat dan kepercayaan mereka dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam membangun tempat tinggal yang penuh makna.

 

Baca Juga: Lembah Pandawa, Wisata Ala Bali yang Ada di Pasuruan

 

Nama dan Fungsi Rumah Adat Bali

 

Rumah adat Bali memiliki arsitektur unik yang mencerminkan filosofi dan tradisi masyarakat setempat. Setiap bangunan memiliki fungsi tertentu yang disesuaikan dengan aturan adat dan spiritualitas. Berikut beberapa bagian utama rumah adat Bali.

 

  1. Bagian Pintu Masuk dan Pembatas

    • Gapura Candi Bentar, Gerbang utama yang menjadi ciri khas rumah adat Bali, berfungsi sebagai pintu masuk utama ke halaman rumah.

    • Angkul-Angkul, Pintu masuk utama rumah yang mirip dengan Gapura Candi Bentar, tetapi memiliki atap penghubung di antara kedua bangunan.

    • Aling-Aling, Dinding pembatas yang dipercaya dapat menangkal energi negatif dan menjaga keharmonisan rumah.

     

  2. Bangunan Utama dan Ruang Keluarga

    • Pura Keluarga (Pamerajan/Sanggah), Tempat ibadah keluarga yang terletak di sudut timur laut rumah.

    • Bale Manten, Ruangan khusus untuk kepala keluarga atau anak gadis, biasanya terletak di bagian utara rumah.

    • Bale Dauh, Ruangan untuk menerima tamu dan tempat tidur anak laki-laki remaja.

    • Bale Sekapat, Gazebo kecil dengan empat tiang yang digunakan sebagai tempat bersantai keluarga.

    • Bale Gede, Bangunan utama berbentuk persegi panjang dengan 12 tiang, digunakan untuk upacara adat dan pertemuan keluarga besar.

     

  3. Bangunan Pendukung

    • Jineng/Klumpu, Gudang penyimpanan gabah yang dibuat tinggi untuk melindungi dari hama.

    • Pawaregen, Dapur tradisional yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

    • Lumbung, Bangunan kecil sebagai tempat penyimpanan hasil panen seperti padi dan jagung.

 

Setiap bangunan dalam rumah adat Bali memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, mencerminkan keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas.

 

 

Ragam Ukiran dan Hiasan di Rumah Adat Bali

 

Rumah adat Bali dihiasi dengan berbagai ukiran yang mencerminkan kehidupan manusia, flora, dan fauna. Motifnya juga dipengaruhi oleh sistem kasta dan faktor ekonomi pemilik rumah.

 

  • Jenis Ukiran dan Hiasan

    1. Keketusan: Motif tumbuhan dengan lengkungan bunga dan daun lebar, sering ditempatkan di halaman atau bagian depan rumah. Contohnya: bunga tuwung, wangsa, dan bun-bun.

    2. Kekarangan: Pahatan tumbuhan lebat dengan daun terurai, sering berada di sudut atas bangunan (karang simbar) atau sendi tugek (karang suring).

    3. Pepatran: Hiasan bermotif bunga yang mengisi bidang sempit seperti tiang dan blandar. Contohnya: patra sari, patra pal, patra sulur, dan patra ganggong.

 

Selain motif flora, ukiran fauna juga digunakan, sering kali terinspirasi dari legenda Bali. Fauna ini hadir dalam bentuk patung atau hiasan pada sendi alas tiang, seperti garuda dan singa bersayap. Simbol ritual juga ditampilkan dalam bentuk pratima atau patung dewa.

 

Beberapa motif fauna khas meliputi karang sae, karang goak, karang bentulu, karang boma, dan karang tapel, serta patung berbentuk kura-kura, lembu, naga, atau kera.

 

Hiasan-hiasan ini dibuat menggunakan warna alami dan buatan seperti merah, biru, dan kuning, yang diterapkan melalui teknik ukiran, populasan, tatahan, lelengisan, dan pepalihan.

 

Itulah informasi menarik tentang rumah adat Bali. Kalau kamu ingin ke Bali dan melihat langsung, pastikan koneksi internet kamu lancar untuk kebutuhan pribadi, ya. Aktifkan paket internet sesuai kebutuhan kamu di aplikasi MyTelkomsel.

 

Baca Juga: 10 Tempat Wisata Ubud yang Masih Hidden Gem!

 

 
scroll
Komentar 0
Tulis Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Belum ada komentar
Jadilah orang pertama yang komentar disini!
mock
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
DewiLarasati
14 Feb 2024 12:03
mantulllzz keren bgt artikel beber2 sangat membantu!
Laporkan
0
Balas Komentar
Min. 10 Karakter
0 / 2000
Balasan Lainnya (1)
Sembunyikan Balasan

Laporan Anda berhasil dikirim